• Blockquote

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Harapan Membuat Kita Bertahan

Senin, 21 Mei 2012


   Jangan pernah kehilangan harapan, karena dengan harapanlah kita mampu bertahan menghadapi hidup. Dengan harapanlah seorang ibu menyusui anaknya, pedagang di tepi jalan yang tetap semangat berjualan meski tubuh tersengat terik matahari dan terguyur hujan, seorang guru yang tetap setia memberikan ilmu kepada muridnya, seorang bapak rela berlelah-lelah pergi pagi pulang larut untuk bekerja untuk menghidupi keluarganya, seorang karyawan tetap terus berkarya kepada perusahaan dan masih banyak lagi cerita yang membuat orang mampu bertahan dengan menggenggam sebuah harapan.

Tak salah bila petani menanam benih padi di hamparan sawah atau menanam pohon berbuah dengan cercahan harapan menuai hasil panen di kemudian hari. Seorang janda dengan beberapa orang anaknya yang tetap semangat berjuang dengan gigih menghadapi berbagai benturan kehidupan dengan harapan senyuman manis melihat keberhasilan anak-anaknya saat usia senja menjelang. Orang bijak pernah berujar, sekali kita kehilangan harapan, sendi-sendi kekuatan kita akan hilang terhempas untuk menghadapi dunia ini. Bagaimana dengan kita, apakah membiarkan ia pergi berlalu karena tidak berguna bagi kita atau ia selalu mengiringi setiap langkah perjalanan kita.


"Orang yang tidak memiliki harapan dan cita-cita sama nasibnya dengan burung yang tidak memiliki sayap untuk terbang" 


Semua prestasi besar di dunia ini dihasilkan dari mimpi sebagian kecil orang"

(Martin Luther)


"Optimisme adalah keyakinan yang menunjukkan Anda pada kemajuan. Tidak ada prestasi yang bisa diraih tanpa harapan dan kepercayaan diri" (Helen Keller)







Indah pada waktu-Nya

Manusia memiliki kelemahan dan kekuatan atau kuasa,
Kelemahan dalam hal mengasihi,
Kekuatan atau kuasa untuk setia dan tidak setia.
Inilah kehendak bebas manusia. (Sirakh 14: 14-15)

Segala sesuatu akan indah pada waktu-Nya,(Pengkhotbah 3:11)
Apabila kita hanya mencari dan melakukan kehendak-Nya,
Bukan waktu dan kehendak kita.(Lukas 22:42)

Cinta Sejati adalah menanggung kelemahan sesama kita,
entah orang tua, suami-istri, anak-anak, teman, sahabat dan pacar.
Jangan heran apabila diantara mereka berbuat yang membuat hati kita
Resah, gelisah, mengkhawatirkan, jengkel dan kecewa.(Matius 8:17)

Kita harus belajar memaklumi (Lukas 23:34), karena ada perbedaan
Dalam cara memandang suatu masalah atau keinginan,
Karena mereka atau kita saling menganggap seperti dirinya sendiri.
“Kasihilahlah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”(Matius 22: 39)

Misalnya: Orang tua tidak setuju dengan pilihan kita,
Pacar meninggalkan karena berbagai keinginan tidak terpenuhi.
Anak-anak lebih senang bermain, saudara-saudara asyik dengan
Rencananya dan sebagainya.

Ini sering terjadi pertentangan kecil, bahkan bisa menjadi besar.
Agar kedamaian tetap terjaga, selayaknya kita tidak menuntut
Lebih dari cinta mereka untuk memahami apa yang kita harapkan
dan inginkan, bawalah dalam doa dan serahkanlah pada Allah.(Matius 5:43)
Agar mereka memahami apa yang anda harapkan (Yohanes 10: 38), yaitu keselamatan dari Allah.(Kisah para rasul 16 : 30-31)

Mencintai saja belum cukup. Kita harus membuktikan cinta. Menurut kodrat, kita senang membuat teman bergembira, suami-istri, anak-anak, orang tua, pacar,sahabat, tetapi ini tidak cukup, bahkan orang berdosa berbuat ini juga ( Lukas 6:32)

Beranikah kita mengikuti jejak Kritus, yaitu untuk tetap “MENCINTAI”?(Yohanes 14:6)
Sama seperti yang diperintahkan-Nya.(Yohanes17: 22)
Mencintai seperti Dia mencintai, dan seperti Dia akan melakukan-Nya
Sampai akhir zaman.(Matius 28 :20)

Jangan heran, apabila kita terbentur oleh palang melintang, yang membuat hidup kita menjadi suatu salib. Kita jatuh sakit, tertabrak, ditipu, dikhianati, karir menurun , dan sebagainya. Dan mungkin mendengar : “Kamu peduli dengan orang lain, tetapi orang lain tidak peduli dengan dirimu “(Matius 27:42) Ungkapan itu bisa saja dari orang tua,suami-istri, anak-anak, teman, maupun sahabat, bahkan pacar sendiri.(Matius 10: 35-38)

Masih beranikah kita tetap mengikuti jejak Kristus? (Yohanes 21 : 15- 17)
Maka engkau akan ditarik lebih dalam lagi oleh Sabda-Nya (Yohanes 16 : 13) dan ambil bagian dalam karya keselamatan bagi orang lain, khususnya orang-orang yang anda kasihi (Matius 11:29-30)

Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya. (1 Tesalonika 5 : 23-24)

Membeli Waktu Papa

Steven adalah seorang karyawan perusaahan yang cukup terkenal diJakarta, dia memiliki dua putra. Putra pertama baru berusia 6 tahun yang bernama Leo dan putra ke dua berusia 2 tahun bernama Christian. Seperti biasa jam 21.00 Steven sampai di rumahnya di salah satu sudut Jakarta, setelah seharian penuh bekerja di kantornya. Dalam keremangan lampu halaman rumahnya dia melihat Leo putra pertamanya di temani bik Yati, pembantunya menyambut digerbang rumah.

"Kok belum tidur Leo?" sapa Steven sambil mencium kening anaknya. 

Biasanya Leo sudah tidur ketika Steven pulang dari kantor dan baru bangun menjelang Steven berangkat ke kantor keesokan harinya.

"Leo menunggu Papa pulang, Leo mau tanya, gaji Papa itu berapa sih Pa?"
kata Leo sambil membuntuti papanya.
"Ada apa nih kok tanya gaji papa segala?"
"Leo Cuma pingin tahu aja kok Pah?
"Baiklah coba Leo hitung sendiri ya. Kerja papa sehari di gaji Rp 600.000,-, nah selama sebulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Nah berapa gaji papa sebulan?"
"Sehari Papa kerja berapa jam Pa?" tanya Leo lebih lanjut.
"Sehari papa kerja 10 jam Leo, nah hitung sana, Papa mau melepas sepatu dan mandi dulu."
Leo berlari ke meja belajarnya dan sibuk mencoret-coret dalam kertasnya menghitung gaji papanya. Sementara Steven selesai mandi,lalu meminum secangkir teh hangat.
"Kalau begitu, satu bulan Papa di gaji Rp 15.000.000,-, ya Pah? Dan satu jam papa di gaji Rp. 60.000,-." Kata Leo setelah mencorat-coret sebentar dalam kertasnya sambil membuntuti Steven yang beranjak menuju kamarnya.
"Nah, pinter kamu Leo. Sekarang Leo cuci kaki lalu bobo." Perintah Steven, namun Leo masih saja membuntuti Steven sambil terus memandang papanya yang benrganti pakaian .
"Pah, boleh tidak Leo pinjam uang Papa Rp. 5.000,- saja?" tanya Leo dengan hati-hati sambil menundukkan kepalanya.
"Sudahlah Leo, nggak usah macam-macam, untuk apa minta uang malam-malam begini. Kalau mau uang besok saja,sekarang waktunya Leo tidur supaya besok tidak terlambat ke sekolah!"
"Tapi Pah.." Kata Leo dengan mata berkaca-kaca.
"Leo! Papa bilang tidur!" bentak Steven mengejutkan Leo.

Segera Leo beranjak menuju kamarnya. Setelah mandi Steven menengok kamar anaknya dan menjumpai Leo belum tidur. Leo sedang terisak pelan sambil memegangi sejumlah uang. Steven nampak menyesal dengan bentakannya.

Dibelainya kepala Leo pelan dan berkata: "Maafkan Papa ya nak. Papa sayang sekali pada Leo." ditatapnya Leo anaknya dengan penuh kasih sambil ikut berbaring di sampingnya.
" Nah katakan pada Papa, untuk apa sih perlu uang malam-malam begini. Besok kan bisa, jangankan Rp. 5.000,-, lebih banyak dari itupun akan Papa kasih."
"Leo nggak minta uang Papa kok, Leo cuma mau pinjam. Nanti akan Leo kembalikan, kalau Leo udah menabung lagi dari uang jajan Leo."

"Iya, tapi untuk apa Leo?" tanya Steven dengan lembut.
"Leo udah menunggu Papa dari sore tadi, Leo nggak mau tidur sebelum ketemu Papa. Leo pingin ngajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang bahwa waktu papa berharga. Jadi Leo ingin beli waktu Papa."
"Lalu. " tanya Steven penuh perhatian dan kelihatan belum mengerti.

"Tadi Leo membuka tabungan, ada Rp 25.000,-. Tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 60.000,-, maka untuk setengah jam berarti Rp. 30.000,-. Uang tabungan Leo kurang Rp. 5.000,-. Maka Leo ingin pinjam pada Papa. Leo ingin membeli waktu Papa setengah jam saja, untuk menemani Leo main ular tangga. Leo rindu pada Papa." Kata Leo polos dengan masih menyisakan isakannya yang tertahan.

"Steven terdiam, dan kehilangan kata-kata. Bocah kecil itu dipeluknya erat-e rat, bocah kecil yang menyadarkan bahwa cinta bukan hanya sekedar ungkapan kata-kata belaka namun berupa ungkapan perhatian dan kepedulian.

Don't Give Up

Di bawah ini ada sebuah daftar kegagalan dari orang yang semasa hidupnya mengalami banyak tantangan dan badai.


1831 - ia mengalami kebangkrutan dalam usahanya.

1832 - ia menderita kekalahan dalam pemilihan tingkat lokal
1833 - ia kembali menderita kebangkrutan
1835 - istrinya meninggal dunia
1836 - ia menderita tekanan mental sedemikian rupa, sehingga hampir saja masuk rumah sakit jiwa
1837 - ia menderita kekalahan dalam suatu kontes pidato
1840 - ia gagal dalam pemilihan anggota Senat Amerika Serikat
1842 - ia menderita kekalahan untuk duduk di dalam konggres Amerika
1848 - ia kalah lagi di konggres
1855 - ia gagal lagi di senat
1856 - ia kalah dalam pemilihan untuk menduduki kursi wakil presiden
1858 - ia kalah lagi di senat
1860 - ia akhirnya menjadi presiden Amerika Serikat

Siapakah dia? Namanya adalah Abraham Lincoln
Kalau orang lain yang mengalami demikian banyak kegagalan mungkin ia sudah mundur secara teratur. Tetapi Lincoln maju terus, kata mundur sama sekali tidak ada di otaknya. Akibatnya ia kemudian mencapai suatu sukses yang luar biasa.

I Korintus 15:58 menyatakan dengan tegas "Karena itu saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan. Sebab kamu tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."



Can you see? bisa kan lihat berapa banyak kegagalan yang beliau alamin. Tapi beliau tidak menyerah untuk menjadi seseorang yang berhasil. Selalu berharap dan terus berusaha di dalam Tuhan. 

Bersyukur Setiap Saat

Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang Pak Guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas. Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan.


"Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah disini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuat kalian bahagia ?. Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini ?"

Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari Pak Guru, "Ya, ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidup kalian ..."

Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan Pak Guru itu menunjuk pada seorang murid.

"Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui ? Berbagilah dengan teman-temanmu ..."

Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, "Seminggu yang lalu, adalah saat-saat yang sangat besar buat saya. Orang tua saya, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang saya impikan selama ini."

Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu. "Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu !"

Pak Guru tersenyum.
Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya.
Maka, terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir.

Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil.
Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri.

Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung.

Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara, hingga terdengar suara agak berteriak dari arah belakang.

"Pak Guru,Pak, saya belum bercerita."

Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil sambil mengacungkan jari manisnya.

Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.

"Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua," ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.

"Apa hal terbesar yang kamu dapatkan ?" ujar Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.

"Keberhasilan terbesar buat saya, dan juga buat keluarga saya adalah ... saat nama keluarga kami tercantum dalam Buku Telepon yang baru terbit 3 hari yang lalu."

Sesaat senyap.

Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu.
Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar
cerita itu.

Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, "Ha ? Saya sudah sejak lahir menemukan nama keluarga saya di Buku Telepon.

Buku Telepon ?
Betapa menyedihkan,hahaha.."

Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu ?"

Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan.
Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.

"Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan, Nak."

Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara.

"Ya, memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah saya dapatkan.
Dulu, Papa saya bukanlah orang baik-baik.
Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah.
Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi."

Matanya tampak menerawang.
Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan.

" Tapi, kini Papa telah berubah.
Dia telah mau menjadi Papa yang baik buat keluarga saya.
Sayang, semua itu tidak butuh waktu dan usaha.

Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja. Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Papa saya.

Dan kini, Papa berhasil.
Bukan hanya itu, Papa juga membeli sebuah rumah kecil buat kami.
Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi."

"Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluarga saya ada di Buku Telepon?

Itu artinya, saya tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan Papa untuk terus berlari. Itu artinya, saya tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang saya sayangi.

Itu juga berarti, saya tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang dingin. Dan itu artinya, saya, dan juga keluarga saya, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya."

Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir.

" Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang saya dapatkan nanti ..."

Kelas terdiam.
Pak Guru tersenyum haru.
Murid-murid tertunduk.

Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan.

Mereka juga belajar satu hal :
" Bersyukurlah dan berbahagialah setiap kali kita mendengar keberhasilan orang lain.Sekecil apapun Sebesar apapun."

Manajemen Waktu

Sabtu, 12 Mei 2012
Someday, seorang ahli manajemen waktu berbicara di depan sekelompok mahasiswa dan dia menggunakan ilustrasi yang tidak akan dengan mudah dilupakan para mahasiswa. Dia mengeluarkan toples berukuran satu galon yang bermulut lebar dan meletakkannya di atas meja. Dia keluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan, kemudian dia letakkan dengan hati-hati batu-batu tersebut ke dalam toples. Ketika batu itu sudah memenuhi sehingga tidak ada batu lagi yang muat untuk masuk kedalammnya, dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?". Semua mahasiswa serentak menjawab ,"Sudah". Dia kembali bertanya , "Benarkah?"
Dari bawah meja dia raih sekeranjang kerikil, lalu dimasukkan kerikil-kerikil tersebut ke dalam toples samnil diguncang-guncangkan hingga mendapat tempat di antara celah batu-batu itu. Kembali ia bertanya pada para mahasiswa, "Apakah toples ini sudah penuh?". Kali ini para mahasiswa hanya tertegun. "Mungkin belum", salah seorang mahasiswa menjawab. "Bagus!", jawabnya.
Kembali dia meraih  ke bawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir.dia masukkan pasir itu ke dalam toplesdan pasir itu dengan mudah memenuhi ruang-ruang kosong di antara kerikil dan batu. Sekali lagi dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?". “Belum” serentak para mahasiswa menjawab. Selanjutnya dia mengambil sebotol air dan menyiramkannya ke dalam toples hingga toples terisi penuh.

Lalu, apa maksud dari ilustrasi ini?
Kita harus pintar-pintar menyusun jadwalkah? Atau harus pintar-pintar menyisipkan jadwal lain pada jadwal kita yang sudah penuh? Mungkin jawaban-jawaban tersebut memang benar, namun bukan itu maksud sesungguhnya.
Lalu apa?
Jika tidak meletakkan batu besar itu sebagai yang pertama, kita tidak akan pernah bisa memasukkannya ke dalam toples sama sekali. Jika kita ibaratkan batu besar adalah prioritas dalam hidup kita, sedangkan pasir, kerikil dan air adalah selingannya. Jika mendahulukan hal-hal kecil (selingan) dalam waktumu maka kau hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal kecil. Kamu tidak akan memiliki waktu berharga yang kamu butuhkan untuk melakukan hal-hal besar dan penting (batu-batu besar) dalam hidup.
Jadi, selalu lakukan dan perhatikanlah batu-batu besar dalam hidup kita. Jika kita terlalu asyik memasukkan hal-hal yang lebih kecil dalam tabung waktu kita dan lupa untuk memasukkan semua batu-batu besar yang harusnya sudah ada terlebih dahulu, maka kita tidak akan bisa mengefektifkan dan mengefesienkan waktu kita. Mengapa? Waktu yang harusnya bisa gunakan untuk membaut hal-hal yang besar kita gunakan hanya untuk bersenang-senang dengan hal kecil.

Kalau memang perlu, kurangi porsi hal-hal kecil agar hal-hal besar bisa kita capai dalam hidup ini. Karena jika memang kita ingin sukses, kita harus bisa fokus untuk bisa mencapai hal-hal besar dalam hidup. Ingin bisa menjadi manusia sebaik-baiknya manusia kan? Maka, aturlah hidup kita. Jangan sampai ada hal-hal besar yang kita tunda untuk melakukan hal kecil yang kurang berguna.

DreamInDREAM

"Pernah ga lu merasa sesuatu yang sangat lu harapkan akan terwujud namun kenyataannya bertolak belakang sama apa yang lu harapkan. Gagal, buyar, sirna begitu aja. Pernah? Gue sering."


Di waktu lu udah cukup lama mengharapkan sesuatu yang lu yakinin pasti terwujud tapi seiring waktu,harapan yang lu harapin itu, ternyata nihil. Dari awal lu semangat banget kalo harapan itu akan terwujud, lu yakin banget kalo harapan lu akan terwujud, tapi ada aja sekeliling lu yang ngebuat lu down dan yang buat lu putus asa,. Finally, harapan itu tinggal mimpi,lu jadi hopeless terus frustate. Ketika lu udah mulai berhenti berharap, ada satu sisi dimana seseorang ngebuat lu berharap lagi, dia kasih lu advice supaya jangan pernah berhenti berharap, kalo lu harus terus kejar mimpi-mimpi lu. Hati sih pengennya terus berharap tapi, otak menolak. Disisi ini yang ngebuat bingung, jadi kita harus pilih pilihan hati/logika? Gue punya banyak mimpi, tapi hati gue susah buat percaya dengan mimpi gue tersebut. Terlalu banyak mimpi dan harapan yang akhirnya malah ngebuat gue sakit dan ngebuat gue terluka, itulah faktor yang ngebuat gue susah buat berharap dan bermimpi lagi. Disaat gue mulai mencoba bermimpi tentang mimpi lain, gue ngga berani buat mimpiin itu. Di pikiran gue saat ini, kalo mimpi ya tetep mimpi, ngga mungkin jadi kenyataan. Banyak orang bilang , "Mimpilah Setinggi Langit,Berharaplah Seluas Samudra." Tapi bagi gue, mimpi dan harapan yang besar malah ngebuat diri gue makin sakit dan hancur. Pas gue cerita ke temen gue tentang mimpi besar gue, tapi temen gue malah bilang kalo gue ngga boleh berharap terlalu banyak. Dan disaat gue cari selingan mimpi gue ,temen gue malah punya tanggapan yang salah, tanggapan yang negative (-) tentang gue. Mereka ngga tau seberapa sakitnya gue dengan mimpi-mimpi dan harapan-harapan gue. Gue selalu salah, gue sulit untuk menceritakan mimpi dan harapan gue lagi ke mereka. Gue takut kalo tanggapan mereka ngga sesuai apa yang gue harapin. Seperempat manusia di dunia mungkin punya pemikiran sama kaya gue ,kalo "Dream Just Dream, Can't Be A Reality." Tapi dengan statement yang gue nyatain ini ,bukan berarti lu ngga boleh berharap/berhenti berharap. Berharap/bermimpi boleh,tapi jangan sampe mimpi lu atau harapan lu itu ngendaliin hidup lu. Mungkin gue sempet tersakiti karna mimpi dan harapan yang gue buat sendiri, tapi itu bukan berarti menutup kesempatan buat mimpi dan harapan yang lain datang kan? Life must goes on :) ! WE HAVE A LONG LONG LIFE ! don't waste it dude. Life just once ,you don't have a second chance. Jangan buang-buang kesempatan yang ada. Mungkin lu punya kekecewaan sendiri sama temen, keluarga, atau orang-orang yang deket sama lu. Kecewa karna perkataan/tindakan mereka. Apalagi, kecewa karna mereka yang ngebuat mimpi dan harapan lu hancur. Start from zero, God will give you the best. Dari kekecewaan ini lu bisa ngebangkitin diri lu buat jadi orang yang lebih kuat dan lu jadi orang yang bisa menerima, entah hasilnya buruk ataupun baik. 




Besok-besok lanjut lagi ya, kalo kangen baca tulisan gue, lu mention gue aja di twitter ,
  See you reader, LOVE YOU
Selasa, 01 Mei 2012
Salam sejahtera dalam kasih Yesus



Rahasia Besar di Balik Tsunami Aceh 2004

Bencana Raya Tsunami Aceh 2004 sudah lama berlalu, tapi tak seorangpun yang akan pernah melupakannya. Prahara itu setara dasyatnya dengan Bom Hiroshima dalam catatan sejarah bumi ini. Sampai kapanpun orang tidak akan pernah lupa pada Tsunami Aceh, dan seluruh umat manusia, keturunan demi keturunan, akan terus mengenangnya. Orang akan tetap mengingatnya sebagai bencana alam terbesar sepanjang zaman modern. Tak seorangpun yang akan lupa betapa stasiun-stasiun TV menayangkan video-video mengerikan: mayat-mayat manusia bergeletakan tak berarti di jalan-jalan, di trotoar, di lapangan, di selokan-selokan, tergantung di tiang listrik, di atas pohon dan tempat-tempat lain. Para reporter melaporkan langsung dengan berdiri di sekitar tumpukan mayat berserakan, bagai tumpukan ikan di pasar ikan. Tapi adakah yang tahu rahasia besar di balik peristiwa dasyat itu? Sekaranglah saatnya rahasia itu diungkapkan secara luas, agar menjadi peringatan besar bagi dunia, sama seperti Bahtera Nuh menjadi peringatan akan bengisnya murka Allah atas manusia di jaman itu. Berikut ini saya salin dari catatan harian saya dari tahun 2005 lalu. “Tadi pagi saya mendengar cerita yang menggetarkan dari tante saya. Beliau adik perempuan ibu saya, yang baru tiba dari Pekan Baru-Riau beberapa hari lalu ke kota ini, untuk meninjau anaknya yang sekolah disini. Cerita itu terlalu mengguncangkan sampai saya merinding mendengarnya dan memutuskan untuk menulisnya disini. Beliau bercerita tentang sebuah peristiwa yang luput dari pers, yang menjadi awal dari bencana besar Tsunami Aceh 2004 lalu. Tanggal 24 Desember 2004, sebuah jemaat gereja berjumlah kira-kira 400 jiwa di Meulaboh, Aceh Darussalam, sedang kumpul-kumpul di gedung gereja untuk persiapan Natal, tiba-tiba mereka didatangi segerombol besar massa berwajah beringas. Mereka adalah warga kota, tetua-tetua kota, aparatur pemerintah serta polisi syariat. Massa ini dengan marah mengultimatum orang-orang kristen itu untuk tidak merayakan Natal. Tetapi pendeta dan jemaat gereja itu mencoba membela diri, kurang lebih berkata: “Mengapa Pak? Kami kan hanya merayakan hari besar agama kami. Kami tidak berbuat rusuh atau kejahatan kok. Acara besok untuk memuji dan menyembah Tuhan kok, Pak. Yakinlah, kami tidak akan mengganggu siapapun.” Tetapi massa itu tidak menggubris dan kurang lebih berkata: “Sekali tidak boleh, ya tidak boleh! Ini negeri Islam! Kalian orang-orang kafir tidak boleh mengotori kota kami ini! Dengar, kalau kami membunuh kalian, tidak satupun yang akan membela kalian, kalian tahu itu!?” Tetapi orang-orang kristen itu tetap berusaha membujuk-bujuk massa itu. Lalu massa yang ganas itu memutuskan begini: “Kalian tidak boleh merayakan Natal di dalam kota. Kalau kalian merayakannya disini, kalian akan tahu sendiri akibatnya! Tapi kalau kalian tetap mau merayakan Natal, kalian kami ijinkan merayakannya di hutan di gunung sana!!” Setelah mengultimatum demikian, massa itupun pergi. Lalu pendeta dan jemaat gereja itu berunding, menimbang-nimbang apakah sebaiknya membatalkan Natal saja, ataukah pergi ke hutan dan bernatal disana. Akhirnya mereka memilih pilihan kedua. Lalu berangkatlah mereka ke hutan, di daerah pegunungan. Di suatu tempat, mereka mulia membersihkan rumput dan belukar, mengikatkan terpal-terpal plastik ke pohon-pohon sebagai atap peneduh, lalu mulai menggelar tikar. Besoknya, 25 Desember 2004, jemaat gereja itu berbondong-bondong ke hutan untuk merayakan Natal. Perayaan Natal yang sungguh memilukan sekali. Mereka menangis meraung-raung kepada Tuhan, meminta pembelaanNya. Sebagian besar mereka memutuskan menginap di hutan malam itu. Lalu pagi-pagi buta sekali, ketika hari masih gelap, istri si pendeta terbangun dari tidur. Ia bermimpi aneh, membangunkan suaminya dan yang lain. Dalam mimpinya itu Yesus datang kepadanya, menghiburnya dengan berkata: “Kuatkanlah hatimu, hai anakKu. Jangan engkau menangis lagi. Bukan kalian yang diusir bangsa itu, tetapi Aku! Setiap bangsa yang mengusir Aku dan namaKu dari negeri mereka, tidak akan luput dari murkaKu yang menyala-nyala. Bangunlah dan pergilah ke kota, bawa semua saudaramu yang tertinggal disana ke tempat ini sekarang juga, karena Aku akan memukul negeri ini dengan tanganKu!” Lalu mereka membahas sejenak mimpi itu. Sebagian orang menganggap itu mimpi biasa, menenangkan si ibu pendeta dengan berkata kira-kira begini: “sudahlah Ibu, jangan bersedih lagi. Tentulah mimpi itu muncul karena ibu terlalu sedih”. Tetapi sebagian lagi percaya atau agak percaya bahwa mimpi itu memang betul-betul pesan Tuhan. Akhirnya mereka memutuskan mengerjakan pesan seperti dalam mimpi itu. Beberapa orang ditugaskan ke kota pagi buta itu juga untuk memanggil keluarga-keluarga jemaat yang tak ikut bernatal ke hutan. Ketika pagi hari, sekitar pukul 7 s/d 8 pagi mereka semua telah berada kembali di pegunungan, mereka dikejutkan goncangan gempa yang dasyat sekali. Tak lama kemudian, peristiwa Tsunami Besar itupun terjadi. Begitulah intisari cerita tante saya itu. Saya termangu-mangu, teringat pada peristiwa kebinasaan kota Sodom dan Gomora dimana Tuhan juga menyuruh semua orang percaya (keluarga Lot) keluar dari kota itu sebelum bencana itu terjadi. Lalu saya tanya beliau dari mana tahu cerita itu. Tante saya mengatakan bahwa pendeta gereja yang selamat itu telah pergi kemana-mana, mempersaksikan kisah luar biasa itu ke gereja-gereja di seluruh Indonesia, termasuk ke gereja dimana tante saya beribadah, di Pekan Baru. Saya tidak tahu kebenaran cerita tante saya itu, sebab dialah orang satu-satunya yang pernah bercerita begitu pada saya. Itulah sebabnya saya tulis dulu di buku harian ini supaya saya tidak lupa dan supaya bila kelak saya telah mendengar cerita yang sama dari orang lain, barulah saya akan percaya dan akan saya ceritakan kepada sebanyak-banyaknya orang”. Saudara dalam Yesus, Beberapa waktu lalu, saya teringat pada catatan itu lalu terpikir untuk surfing di internet ini, apakah ada orang lain yang mendengar kesaksian yang sama. jika ada, berarti tante saya itu tidak membual pada saya, dan berarti peristiwa itu benar terjadi. Lalu apa yang saya temukan? Saya BENAR-BENAR menemukannya setelah dengan susah payah membuka-buka banyak situs. Salah satunya saya temukan di pedalaman salib.net. Itulah sebabnya catatan harian itu saya publikasikan di blog ini untuk saudara publikasikan lebih luas lagi ke seluruh dunia. Biarlah seluruh dunia tahu bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan Ia sungguh-sungguh HIDUP! Haleluyah!! Saya mengundang saudara untuk meninggalkan komentar, dan jika anda pernah mendengar kesaksian yang sama, mari saling menguatkan kesaksian ini